Ada pengalaman yang orang lain
tidak bisa memasukinya. Ada ruang yang orang lain tidak bisa memasukinya
kecuali dengan izinku. Meskipun orang lain tersebut adalah tokoh masyarakat,
sebesar apapun dia dipandang oleh banyak orang. Meskipun orang lain tersebut
adalah kiai atau ustad.
Pengalaman orisinil yang terkait
dengan tauhid tidak bisa diganggu gugat.
Tidak bisa beradaptasi dengan
rumusan teologi manapun, karena pengalaman orisinil tersebut terlalu kuat.
Tidak mau diatur karena memang tidak ada yang berhak untuk menentukan aturan.
Karena memang pengalaman orisinil sifatnya seperti itu. Dan aku memilikinya.
Kalau aku berbuat sesuatu bukan
karena orang lain. Dan kalau aku tersentum juga bukan karena pengen dibilang
sebagai orang baik. Persetan dengan kepercayaan manusia dan legitimasi manusia
atas pengalaman orisinilku ini.
Yang ada antara aku dan manusia
adalah kerjasama yang berlandaskan kesamaan ide, dan bukan suruh-menyuruh
apalagi berdasarkan semangat feodalisme. Jangankan feodalisme, agama saja aku
tolak jika ia sudah membeku menjadi alat keserakahan. Dan kebanyakan seperti
itulah yang aku jumpai. Semakin orang memakai symbol-simbol agama semakin
mereka merasa berhak untuk mengatur orang lain. Padahal orang-orang yang
memakai symbol agama tersebut tidak punya saham sedikitpun terhadap orang yang
diatur-atur itu.
Kebodohan seperti itulah yang
sekarang banyak terjadi.
Sekali lagi, bahwa pengalaman
orisinil yang sangat mendalam tersebut telah mampu untuk menilai bahkan menolak
hal-hal asing yang ingin menggiringku.
Aku mendengar bahwa di Indonesia
ini, perputaran ekonomi sudah dikuasai oleh 200 orang. Mereka menguasai media
massa dan menggiring masyarakat untuk meninggalkan kebenaran, memancing
masyarakat untuk menjadi manusia yang malas dan tidak mau berpikir. Dengan
siaran televise yang mereka pesan, mereka dengan mudah mencuci otak jutaan
pemirsa untuk melangkah kearah yang mereka (200 orang) inginkan.
Tapi, aku ingin kasih tau.
Jangankan 200 orang, satu juta orang dengan seribu siaran televisi yang menyeret manusia
pada kebodohan pun, tidak akan bisa mempengaruhiku.
Pengalaman orisinil sudah
kutemukan. Sebuah pengalaman yang tidak akan tergantikan oleh sosok al ghozali
sekalipun. Karena imam ghozali menjadi besar dengan orisinilitasnya, dan aku
pun tidak boleh meniru dan ingin menjadi dia. Karena aku diciptakan Tuhan
dengan cerita yang berbeda, scenario yang tidak sama dengan skenarionya Tuhan
terhadap imam ghozali.
Itulah kemerdekaan yang sudah
kuraih untuk saat ini. Di saat 200 juta manusia Indonesia terjajah oleh
kebodohan, aku memerdekakan diri sendiri
dari kegelapan dan tabir-tabir yang menghalangiku dari cahaya sejati. Tidak
perlu ikut-ikutan dengan arus zaman dan mudah membesarkan segala sesuatu selain
Tuhan. Itu juga salah satu pencapaian yang sudah dan akan terus kuperjuangkan.