Kerajaan yang saya maskud di sini bukanlah
kerajaan sebagaimana dipahami umunya manusia, akan tetapi kerajaan yang bernama
manusia itu sendiri yang merupakan karya Tuhan yang mengagumkan. Saya akan
memulainya dari fakta tubuh manusia.
Semua yang bersifat fisik adalah symbol dari
sebuah makna. Dengan kata lain, makna dapat dilacak melalui sesuatu yang
terlihat secara fisik/kasat mata. Tubuh manusia adalah salah satu hal yang
terlihat secara fisik, sehingga kita bisa mencari makna dari tubuh manusia itu
sendiri.
Kali ini mari kita mencoba memaknai fakta tubuh
manusia dari sudut susunan vertikal, di mana di setiap titiknya memiliki
dorongan yang berbeda-beda bahkan terkadang saling bertentangan. Sebelum
melangkah lebih jauh, saya mencoba untuk mendiskripsikan empat kekuatan yang
mendorong manusia untuk patuh terhadapnya.
Pertama adalah kekuatan nalar. Dengan kekuatan ini
manusia selalu terdorong untuk mencari makna kehidupan, landasan setiap
tindakan, asal-usul segala sesuatu, dan menetapkan prinsip-prinsip mendasar
dalam kehidupan. Seseorang yang bertindak karena kekuatan nalar yang menjadi
pertimbangannya adalah kebenaran.
Kedua adalah kekuatan untuk merasa. Dengan kekuatan ini
manusia terdorong untuk melakukan dan mendapatkan sesuatu yang dicintai dan
menjauhi sesuatu yang dibenci. Pertimbangan kekuatan rasa ini bukanlah
kebenaran melainkan keindahan.
Ketiga adalah dorongan perut. Dorongan perut ini
memiliki spectrum yang luas dan tidak hanya persoalan makan dan kenyang. Segala
sesuatu yang bernilai kepuasan inderawi/fisik bias dikaitkan dengan dorongan
perut.
Keempat adalah dorongan seksual.
Sekarang mari kita perhatikan, keempat kekuatan
tersebut memiliki tempat dalam tubuh kita. Dan keempatnya tersusun dari atas ke
bawah atau dari bawah ke atas. Sebenarnya susunan tersebut merupakan symbol
kepemimpinan.
Dengan kata lain, kepemimpinan yang ideal adalah
ketika yang paling atas mampu mengarahkan yang ada di bawahnya. Misalnya,
kekuatan nalar yang letaknya di kepala, mampu mengendalikan gejolak rasa yang
ada dalam dada. Begitu juga seterusnya.
Jika seorang individu mampu menjalankan
kepemimpinan sesuai dengan makna yang tersirat dalam susunan tubuh tersebut,
maka individu tersebut akan lebih selamat dalam mengarungi kehidupan. Dan ia
lebih besar dari kerajaan mana pun yang pernah ada dalam sejarah.
Manusia-manusia yang paripurna seperti itu adalah
para Nabi dan orang-orang yang senantiasa melakukan perjuangan tanpa henti
dalam menyempurnakan dirinya. Dan mereka adalah kerajaan-kerajaan terbesar
dalam sejarah.
Sebaliknya, orang yang terjerumus adalah yang
menjadikan kelamin sebagai pemimpin perut, dan perutnya memimpin hati,
sekaligus hatinya memimpin akal. Hal ini sangat terbalik dari apa susunan tubuh
manusia yang merupakan symbol dari kepemimpinan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar