Di
masyarakat kita (ada yang bertanya: kita itu siapa? Saya jawab: yang merasa
saja), sering terjadi pengharaman dalam berbagai macam bentuk. Yang saya maksud
dengan pengharaman di sini adalah segala bentuk larangan, dari larangan
merokok, judi, mencuri sampai larangan kencing di tempat-tempat tertentu.
Sebnarnya
larangan dan keharusan adalah hal yang wajar dan alami dalam kehidupan manusia,
karena secara naluriah manusia pasti menginginkan keselamatan dari pada
kecelakaan.
Akan
tetapi, satu hal yang sering dilupakan, saking seringnya dilupakan sehingga
menjadi tabu dan aneh bagi para pelakunya, hal tersebut adalah PEMBELAJARAN.
Silahkan saja rokok diharamkan, tapi alangkah baiknya jika mempelajari terlebih
dahulu apa itu rokok, terbuat dari apa bahannya? apa hubungannya dengan para
karyawan yang bekerja di pabrik rokok, dan begitu seterusnya. Ini bukan
persoalan rokok, tetapi persoalan cara berpikir.
Pengharaman-dengan
berbagai bentuknya-juga bisa dipahami sebagai bukti minimnya rasa keingintahuan
pelaku pengharaman terhadap kehidupan. Pengharaman menyebabkan penyeragaman
secara "paksa" terhadap perbedaan yang alamiah, karena dengan pengharaman
tersebut akan terjadi komunikasi satu arah di tengah banyaknya
individu-individu yang lahir dengan membawa bakat orisinil yang seharusnya ia
kembangkan.
Sebaliknya, pembelajaran merupakan bukti
pemahaman seseorang tentang posisinya sebagai manusia yang memang dan harus
terus-menerus memperbaharui dirinya setiap saat. Pembelajar yang sejati akan
selalu siap untuk "menghancurkan" dirinya yang lama demi sebuah
perjalanan menuju kesempurnaan. Yang tua maupun yang muda, yuk belajar!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar