Rabu, 29 Januari 2014

Taqwa >< Feodalisme




Jelas sekali bahwa kedudukan manusia dihadapan Tuhan ditentukan oleh taqwanya. Taqwa itu berarti menghindar. Menghidari segala hal yang menyebabkan Tuhan tidak berkenan atas diri kita. Itulah taqwa. Semakin tinggi kemampuan dan antisipasi seseorang dalam menghindari kebencian Tuhan kepadanya, maka semakin tinggi pula keduduka orang tersebut.

Kalau sudah jelas rumusnya seperti ini, maka jangan ditambahi lagi dengan hal-hal yang tidak perlu. Maksud saya jangan ada yang membuat criteria kehormatan atau ketinggian derajat manusia selain taqwa. Tidak boleh mengunggulkan orang tua atas anak (ini yang sering terjadi di masyarakat), tidak boleh mengunggulkan kyai atas santri, tidak boleh mengunggulkan guru atas murid. Semua sama, yang membedakan hanyalah taqwanya.

Orang tua menghormati anak, dan anak juga menghormati orang tua. Tapi cara orang tua menghormati anaknya berbeda dengan cara anaknya menghormati orang tuanya. Begitu juga dengan kyai dan santri.

Jadi, kalau santri bisa kuwalat kepada kyai, maka kyai juga bisa kualat kepada santri. Sebab kalau santri dianggap bisa berdosa kepada kyai, sedangkan kyai dianggap tidak bisa punya dosa kepada santri, itu jelas ajaran yang bertentangan dengan prinsip taqwa. Itu namanya feodalisme.

Saya mendefinisikan feodalisme di sini sebagai: pandangan yang menilai ketinggian derajat manusia tidak berdasarkan taqwanya kepada Tuhan melainkan berdasarkan posisi sosialnya. Itulah feodalisme yang saya maksud.

Kepastian




Orang yang marah itu wajar, karena dia lemah
Orang yang memerangi itu wajar, karena dia lemah
Orang yang membangun kekuasaan itu wajar, karena dia lemah
Orang-orang yang rakus juga wajar, karena mereka lemah

Tidak ada kepastian yang bisa diharapkan dari orang-orang lemah. Terserah mereka mau marah, memerangi, berkuasa, atau rakus. Mereka tidak bisa diharapkan kepastiannya.

Yang bisa diharapkan kepastiannya hanyalah yang Maha Kuat dan tidak memiliki kelemahan.

Nah, apa yang dijanjikan oleh yang maha kuat itu? Yakni, kegembiraan bagi orang-orang yang sabar. Salam sejahtera untuk jiwa yang tenang. Kemenangan bagi orang-orang yang beriman. Kalau Dia terkesan marah, itu sebenarnya tidak marah. Buat apa Dia marah? Dia sudah memiliki segalanya dan tidak lemah. Jadi, kalau Dia kelihatan marah itu hanya untuk “menggertak” manusia supaya kembali ke jalan yang benar.

Janji Dia itu pasti, pasti, dan pasti. Semua sudah dipaparkan. Jadi, untuk orang-orang beriman yang terasing di dunia ini, yang kalah, yang terfitnah, semua tetaplah tenang. Jangan khawatir. Dia tidak akan bersikap tidak pasti. Dia tidak akan mengingkari janji Nya.

Aksi




Aksi tidak pernah bisa lepas dari ruang dan waktu
Tidak bisa kita bayangkan di mana aksi tidak memiliki ruang dan waktu
Aksi ditopang oleh energy
Energy itu sendiri bisa berpindah karena ada sesuatu yang lebih halus lagi, yakni kehendak.

Dalam kondisi manusia, kedudukan aksi ada dua macam=Ada aksi yang dikehendaki, ada aksi yang diluar kehendak. Bersin, mengantuk, bernafas=adalah aksi-aksi yang diluar kehendak manusia. Dalam aksi tersebut, sangat mudah untuk mengetahui kenapa lautan bisa terbelah, kenapa bumi bisa menumbuhkan pohon-pohon, kenapa ibu bisa hamil dan melahirkan. Semua itu terjawab hanya degnan mengetahui bahwa “ada aksi yang diluar kehendak manusia”.

Jalan keselamatan terbuka luas bagi siapa saja yang telah menempuh alam pikiran. Itu baru pikiran, belum hati dan amal perbuatan. Jadi, hanya dengan membahas aksi saja, kita bisa mengenal YANG MAHA BESAR.

Adapun aksi yang  berada dalam kehendak manusia, misalnya mengetik, online, menyetir, minum kopi, dan masih banyak lagi. Di situlah manusia diuji.

Suara




Suara ditangkap melalui pendengaran
Alat pendengaran adalah telinga
Pendengaran dan telinga adalah dua hal yang identik tapi tidak sama

Suara bisa membangkitkan memori tertentu yang tersimpan di otak. Tidak jarang, mendegar suara membuat kita melamun, merenung, atau bahkan menangis.

Jika telinga sudah tidak berfungsi, tidak berarti pendengaran juga tidak berfungsi. Karena ada inti dari semua itu, yakni=pemahaman. Kalau orang masih memiliki pemahaman mengenai sesuatu berarti dia masih bisa mendengar.

Suatu saat, telinga manusia akan tidak berfungsi. Namun, pendengarannya akan lebih berfungsi. Kapan itu terjadi?? Yaitu ketika manusia sudah mati atau pindah alam. Mereka akan mempunyai pendengaran dengan alat yang entah apa nama dan bentuknya nanti. Tergantung amal.


Batas Pandangan




Batas pandang mempunyai pengaruh besar pada keputusan-keputusan penting dalam hidup. Jika batas pandangan seseorang hanya satu meter, maka keputusan-keputusannya tidak jauh dari kesimpulan yang diambil dari pemahamannya mengenai ruang yang panjangnya satu meter tersebut.

Sebenarnya, kehidupan ini tidak mempunyai batas. Sebab, batas itu sendiri tidak ada. Yang ada adalah keberadaan yang mutlak benar adanya. Batas hanyalah imajinasi.

Semakin tinggi kemampuan seseorang untuk memperluas batas pandangannya, maka semakin dia maju dalam menjalani hidup. Baik maju secara jiwa maupun raga.

Kalau seseorang hanya mampu memandang dan memperhitungkan hal-hal yang nampak di depan mata, maka resikonya adalah punya sikap terburu-buru dalam menghadapi masalah dan beresiko mudah putus asa. Itu berarti dia memiliki batas pandangan yang pendek.

Tapi kalau ada orang yang memiliki batas pandang yang jauh, dia akan menjadi pribadi yang tenang, penuh konsentrasi, kuat dan tidak mudah terhanyut oleh arus kepalsuan yang sedang berlangsung.