Selasa, 28 Januari 2014

Belajar Kepada Bayi


kenikmatan berproses bisa dibuktikan dengan melihat anak kecil yang sedang belajar berjalan dan berbicara. lucu dan menggemaskan. begitulah seharusnya menjalani hidup. Anak kecil begitu polos menjalani hidupnya. tidak tertekan oleh hasil, tapi gembira dalam berproses. Kalau boleh saya katakan, bahwa anak kecil atau bayi adalah guru. Jika ada orang yang merasa sendang mendidik anaknya, jangan lupa bahwa orang tua juga harus belajar kepada anaknya.

Seharusnya seperti itulah orang-orang dewasa menjalani hidupnya. Kalau dalam satu negeri ada 90 % penduduknya mampu menerapkan metode bayi, bahwa berproses itu nikmat, maka semua penduduk dalam negeri tersebut akan aman. Tidak merasa terancam dengan yang lain. Karena setiap orang sudah mampu menemukan kenikmatan atas apa yang mereka jalani sehingga tidak perlu berbuat kejahatan atau memonopoli untuk mendapatkan kenikmatan atau kepuasan.

Dalam kasus bayi saja, ada pelajaran yang berharga untuk kehidupan. Itu bari dari satu sudut, yaitu cara mereka (para bayi) belajar. Cara belajar bayi adalah merasa senang dengan belajar. Sayangnya, ketika meereka mulai tumbuh menjadi anak-anak dan remaja, cara mereka yang pandai bersyukur itu tergantikan oleh konsep achievement. Pencapaian. Target pencapaian inilah sebenarnya yang membuat hidup tidak lagi murni sebagaimana harusnya. Banyak hal yang dikorbankan dikemudian hari. Orang yang seharusnya bisa berbahagia menjadi tidak bisa berbahagia karena merasa tidak mampu mencapai target hidupnya. Kemampuan bersyukur menjadi menipis.

Pernah ada satu kejadian. Ada anak manusia yang dilahirkan tanpa kekurangan. Lahir dari keluarga berkecukupan dan terpandang di masyarakat. Anak tersebut memiliki bakat yang banyak, cerdas, dan sangat potensial dalam banyak hal. Akan tetapi satu hal yang di tidak punya, yaitu pendidik. Dia tidak mempunyai pendidik yang mengetahui apa sebenarnya kehidupan itu. Apa makna kehadiran seorang anak tersebut, tidak ada satu pun orang di lingkungan tersebut yang memahami.
Waktu terus berjalan, berlari, bahkan terbang dengan cepat. Kemana anak itu kemudian? Oh, dia terbuang. Tidak ada yang paham bahwa orang dewasa pun harus belajar kepada anak kecil/bayi. Karena pada bayi itu terpancar kesucian, cahaya, ketulusan. Jika bayi itu terkotori hati dan pikirannya sehingga ia menjadi pribadi yang tumpul ketika dewasa, maka kesalahan primernya ada pada orang-orang sekelilingnya.

Kalau sudah seperti ini, siapa yang seharusnya “disekolahkan?”. Ternyata bersekolah tidak hanya wajib untuk anak kecil, tapi bahkan untuk orang tua. Supaya orang-orang tua mengerti apa kewajiban mereka.

Itulah proses. Memang benar, kalau orang pandai bersyukur maka nikmat akan bertambah. Menikmati proses dan hidup secara natural, tidak dipaksakan, tidak dipalsukan, tidak terlalu memasang standard an mati-matian mengejarnya. Semua itu bagian dari bersyukur. Semakin menikmati proses, maka tanpa dipirkan pun, hasilnya juga akan maksimal.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar