kenikmatan berproses
bisa dibuktikan dengan melihat anak kecil yang sedang belajar berjalan dan
berbicara. lucu dan menggemaskan. begitulah seharusnya menjalani hidup. Anak
kecil begitu polos menjalani hidupnya. tidak tertekan oleh hasil, tapi gembira
dalam berproses. Kalau boleh saya katakan, bahwa anak kecil atau bayi adalah
guru. Jika ada orang yang merasa sendang mendidik anaknya, jangan lupa bahwa
orang tua juga harus belajar kepada anaknya.
Seharusnya seperti
itulah orang-orang dewasa menjalani hidupnya. Kalau dalam satu negeri ada 90 %
penduduknya mampu menerapkan metode bayi, bahwa berproses itu nikmat, maka
semua penduduk dalam negeri tersebut akan aman. Tidak merasa terancam dengan
yang lain. Karena setiap orang sudah mampu menemukan kenikmatan atas apa yang
mereka jalani sehingga tidak perlu berbuat kejahatan atau memonopoli untuk
mendapatkan kenikmatan atau kepuasan.
Dalam kasus bayi saja,
ada pelajaran yang berharga untuk kehidupan. Itu bari dari satu sudut, yaitu
cara mereka (para bayi) belajar. Cara belajar bayi adalah merasa senang dengan
belajar. Sayangnya, ketika meereka mulai tumbuh menjadi anak-anak dan remaja,
cara mereka yang pandai bersyukur itu tergantikan oleh konsep achievement. Pencapaian.
Target pencapaian inilah sebenarnya yang membuat hidup tidak lagi murni
sebagaimana harusnya. Banyak hal yang dikorbankan dikemudian hari. Orang yang
seharusnya bisa berbahagia menjadi tidak bisa berbahagia karena merasa tidak
mampu mencapai target hidupnya. Kemampuan bersyukur menjadi menipis.
Pernah ada satu
kejadian. Ada anak manusia yang dilahirkan tanpa kekurangan. Lahir dari
keluarga berkecukupan dan terpandang di masyarakat. Anak tersebut memiliki bakat
yang banyak, cerdas, dan sangat potensial dalam banyak hal. Akan tetapi satu
hal yang di tidak punya, yaitu pendidik. Dia tidak mempunyai pendidik yang
mengetahui apa sebenarnya kehidupan itu. Apa makna kehadiran seorang anak
tersebut, tidak ada satu pun orang di lingkungan tersebut yang memahami.
Waktu terus berjalan,
berlari, bahkan terbang dengan cepat. Kemana anak itu kemudian? Oh, dia
terbuang. Tidak ada yang paham bahwa orang dewasa pun harus belajar kepada anak
kecil/bayi. Karena pada bayi itu terpancar kesucian, cahaya, ketulusan. Jika bayi
itu terkotori hati dan pikirannya sehingga ia menjadi pribadi yang tumpul
ketika dewasa, maka kesalahan primernya ada pada orang-orang sekelilingnya.
Kalau sudah seperti
ini, siapa yang seharusnya “disekolahkan?”. Ternyata bersekolah tidak hanya
wajib untuk anak kecil, tapi bahkan untuk orang tua. Supaya orang-orang tua
mengerti apa kewajiban mereka.
Itulah proses. Memang benar,
kalau orang pandai bersyukur maka nikmat akan bertambah. Menikmati proses dan
hidup secara natural, tidak dipaksakan, tidak dipalsukan, tidak terlalu
memasang standard an mati-matian mengejarnya. Semua itu bagian dari bersyukur. Semakin
menikmati proses, maka tanpa dipirkan pun, hasilnya juga akan maksimal.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar