Senin, 27 Januari 2014

Profesi Utama



Menjalani profesi sebagai: orang yang difitnah. Profesi yang tidak ada bayarannya. Profesi yang jadi bahan cacian orang di seluruh dunia. Moyangmu saja berkata: anak orang kok kayak monyet. Bapakmu saja berkata: “kalau bukan karna takut dituntut di akhirat, aku gak akan ngurus hidupmu. Mending ngurusi hidpku sendiri”. 

Bayangkan saja, ngurus anak sambil mengatakan “kalau bukan karena takut dituntut di akhirat”, orang seperti itu sama dengan mengejar surga tapi dengan cara merendahkan martabat manusia, apalagi kepada anaknya sendiri. Itulah para pendusta agama yang sesungguhnya. Dan neraka pasti akan dijumpainya.
 Dengan otakmu kamu berpikir, sebagaimana dengan hidungmu kamu bernafas. Normal kan? Tapi karena profesi utama kamu adalah menjadi orang yang difitnah, maka kamu yang berfikir dituduh sebagai kamu yang melamun.

Kamu berhak untuk tumbuh sesuai dengan ke-kamu-anmu. Tapi apa yang dikatakan teman-teman mu (sebenarnya bukan teman, tapi pemfitnah) kepadamu? Mereka merendahkan, menghina, mencibir.

Kamu sesungguhnya benih unggul. Tapi sayang, kamu hidup di lingkungan para pemfitnah di saat kamu masih butuh figur yang bisa membimbingmu.

Lebih menakutkan hidup dalam ketidaktepatan, ketidakpastian, kerapuhan secara terus menerus. Dibandingkan bencana alam yang langsung membuat kamu mati. Bahkan kematian sama sekali tidak terlihat menakutkan dibandingkan hidup dalam kerapuhan dalam waktu yang terlalu lama.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar