Menyebutkan
semua kebutuhan-kebutuhanku. Berharap menjadi kenyataan secepatnya.
Tapi
begitu aku berdo’a, aku ingat kepada siapa aku berdo’a.
Begitu
aku berdo’a, aku ingat dengan apa aku berdo’a dan siapa tujuan akhir dari
seluruh do’a-do’aku.
Ternyata
aku berdo’a kepada Dzat yang sempurna. Lebih sempurna daripada terpenuhinya
do’a-do’aku.
Kemudian
aku berkata “dihadapan Mu, kubuang semua keinginan yang terselip dalam do’a,
karna aku menemukan yang jauh lebih baik daripada terkabulnya do’a do’a itu.
Awalnya
ku mencari Mu karna aku punya hajat. Engkau adalah perantara untuk tersampainya
hajat. Tapi setelah aku bermunajat, ternyata aku lupa dengan hajat-hajatku.
Diaaancuk
memang, (inilah syahadatku sebagai orang jawa untuk belajar kejujuran),
ternyata Engkau masih jauh dari kehidupanku. Tapi aku terkadang sok kenal sok dekat pada Mu. Padahal aku
masih punya kebutuhan yang belum terpenuhi, lalu buat apa aku sok menjadi penari Mu?
Jauh
dan dekat adalah makhluk Mu, sehingga
Kau begitu leluasa menggunakannya kapan saja Kau mau. Kadang Kau terlihat
begitu dekat saat ku mulai putus asa. Tapi kadang Kau terlihat begitu jauh saat
ku mulai berharap.
Lalu apa artinya aku berdo’a jika tidak ada
yang terkabul? Aku juga tidak mampu menuntut untuk terkabul karena setiap kali
berdo’a aku lupa dengan segala kebutuhanku. Selalu begitu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar