Minggu, 05 Januari 2014

Ulama





Tulisan ini bukan telaah etimologi. Karena ini adalah pengertian ulama yang lebih dari penjelasan etimologi. Ini juga bukan pengertian ulama dalam arti orang-orang yang bergerombol secara formal dalam sebuah lembaga.
Ulama yang saya maksud kali ini adalah orang yang memahami sebab akibat, sekaligus mampu berbicara dan bertindak sesuai denga pertimbangan hukum sebab akibat itu sendiri.

Sangat gampang untuk mencari dan mengumpulkan teks-teks dari berbagai sumber agar terlihat keren dan alim (apalagi sekarang adalah era informasi, sehingga saya terkadang mengatakan bahwa mengutip adalah pekerjaan orang malas). Terlebih bagi orang yang mengidap psikopat, teks-teks (baik dari kitab suci maupun dari para ulama), tersebut sangat memuaskan hawa nafsunya karena bisa digunakan untuk melukai ciptaan Tuhan dengan cara menggunakan kalimat Tuhan.

Jadi, sangat jelas bahwa pengertian ulama di sini bukanlah orang yang hanya bergelut dengan teks, melainkan ulama adalah orang-orang yang bisa membaca sebab akibat dari apa yang dikatakannya.

Mungkin seorang ulama memiliki pendapat mengenai satu hal, akan tetapi pendapat tersebut tidaklah serta merta dilontarkan kepada publik. Karena akibat yang ditimbulkannya akan bervariasi. Di sinilah keulamaan seseorang akan diuji. Jika pendapatnya mengenai sesuatu lebih sering membawa benturan di masyarakat, maka mereka bukanlah ulama. Itu pasti.

Orang yang mengerti sebab akibat berarti orang tersebut mempunyai akal yang berfungsi dengan baik. Dia mampu mensyukuri anugerah Allah berupa akal tersebut.

Orang yang memahami sebab akibat, tidak mungkin mengambil “100” tapi meninggalkan “1000”. Karena ia sadar bahwa apa yang nampak di depan mata dan hidungnya tidaklah terlalu besar jika dibandingkan dengan apa ada di masa yang akan datang. Ini terkait dengan kesiapan untuk menahan diri.

Saya punya gitar dan suka memainkannya. Jika gitar tersebut saya pinjamkan kepada ulama, maka ulama tersebut (jika ia memang ulama) akan: 

     1.     sadar bahwa gitar tersebut bahannya dari kayu, kayu adalah ciptaan Allah

   2.    mengerti bahwa teori bermain gitar ditopang oleh sunnatullah, sehingga apabila salah memainkannya akan terdengar tidak indah. Sunnatullah di sini berarti pedoman dalam memainkan senar.


   3.    Paham bahwa: dengan ilmu Allah, banyak orang yang terbantu hidupnya dengan memainkan gitar.


Itulah ulama. Mampu menemukan sebab akibat. Jika melihat gitar tidak lupa kayu. Dan jika melihat kayu tidak lupa pohoh. Dan jika melihat pohon tidak lupa pada Penciptanya. Sangkan paran. Asal usul.

Belum ada ulama (maksud saya adalah : orang yang dianggap ulama) yang mampu mengaitkan gitar dengan Allah. Karena “orang-orang yang dianggap ulama” itu hanya menganggap gitar sebagai benda tak bernyawa yang tidak lebih mulia dibanding kitab-kitab.


Ulama seperti ini akan berbahaya jika terjun di dunia social politik. Sebab akibat tidak menjadi hal penting dalam pikiran mereka. Karena yang paling penting dalam pikiran mereka adalah bagaimana dogma diterapkan secara paksa. Tanpa pertimbangan lebih lanjut dan terukur.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar