Sabtu, 30 November 2013

Kenapa Kalian Bodoh?



Kalian punya uang, tapi kenapa bodoh?
Kalian punya waktu, tapi kenapa bodoh?
Kalian punya kendaraan, tapi kenapa bodoh?

Kalian punya rumah nyaman, tapi kenapa bodoh?
Kalian punya banyak kawan, tapi kenapa bodoh?
Kalian punya keluarga besar, tapi kenapa bodoh?
Kalian punya pekerjaan tetap, tapi kenapa bodoh?
Kalian pernah sekolah, tapi kenapa bodoh?
Kalian sering ikut pengajian, tapi kenapa bodoh?
Kalian rajin ibadah, tapi kenapa bodoh?
Kalian punya anak yang mempunyai potensi begitu dahsyat, tapi kenapa kalian bodoh?

Anak kalian adalah generasi bangsa, umat nabi, titipan Tuhan, tapi kenapa kalian bodoh?
Tahukah kalian dampak apa yang terjadi pada titipan Tuhan itu, kenapa kalian tetap saja bodoh?

Tahukah kalian betapa hati anak kalian itu begitu hancur, merasa tidak lagi diterima di dunia, bahkan kadang merasa tidak diterima oleh Tuhan karena perilaku kalian, kenapa kalian teramat sangat bodoh?


Tahukah kalian bagaimana perasaannya ketika melihat seseuatu yang dia merasa bisa melakukannya, namun semua itu terhambat oleh kebodohan kalian? 

Tahukah kalian bahwa anak kalian itu singa hebat, tapi kalian mengkerdilkannya menjadi kucing yang tak punya wibawa?
Tahukah kalian bahwa akibat perbuatan kalian itu, anak kalian hingga berharap untuk bisa reinkarnasi agar bisa menjalani kehidupan yang sama sekali baru?
Tahukah kalian bahwa anak kalian merasa bahwa dirinya senantiasa selalu berada di sampah sejarah?
Tahukah kalian bahwa tindakan kalian terhapad anak di saat kecil itu menghambat dirinya untuk berkembang sesuai dengan bakatnya?

Kalian begitu meremehkan hal ini, kalian sangat tidak perduli dengan kenyataan AKU di dunia ini, kalian begitu tidak mampu menangkap apa arti kehadiran AKU di sini, kalian begitu memandang sebelah mata dan hanya membesarkan AKU setelah itu kalian terlantarkan.

Di saat anak kalian masih kecil, dia tak mampu berbuat apa-apa. Tahukah kalian bagaimana perasaannya ketika kalian mengabaikannya? Sedangkan orang-orang sekitar juga ikut mengabaikannya dan menilainya sebagai anak durhaka hanya karna kalian marah terhadap anak kalian?

Kalian menebar fitnah tentang Titipan Tuhan itu dengan lidah kalian, sementara lidah Sang Titipan Tuhan itu belum mampu untuk membela diri?
Tahukah kalian bahwa anak kalian itu merasa tertekan dalam ruangan yang buntu? Dengan pikiran kalian, telah kalian masukkan anak kalian ke dalam sebuah botol berukuran kecil, padahal anak kalian bagai lautan yang menyimpan banyak rahasia?

Pernahkan kalian berpikir akibat apa yang akan diderita oleh anak kalian nanti di saat kalian mengusir anak kalian dari rumah, di saat kalian mengatakan bahwa anak kalian adalah setan sementara keluarga neneknya mentertawakan anak kalian karna stress dengan kata-kata kalian itu? Pernahkah kalian rasakan apa yang dirasakan anak kalian di saat kalian mengatakan “aku tidak ikhlas membiayai pendidikanmu” kepada anak kalian?
Tahukah kalian, bahwa anak kalian kini tidak lagi percaya pada dunia dan manusia, itu sama saja kalian membesarkannya hanya untuk menjadikannya sebagai tontonan dan setelah itu dibuang??

Kalian baca kitab suci, kalian jalankan ritual agama, apa arti semua itu jika anak kalian sendiri merasakan kepedihan yang besarnya melebihi langit dan bumi yang belum pernah dirasakan oleh semua makhluk dari sejak awal manusia diciptakan hingga kiamat nanti?
Tahukah kalian, bahwa uang yang telah kalian keluarkan itu tidak memiliki makna sedikitpun di tengah derita yang dialami anak kalian akibat perkataan dan sikap kalian kepada anak kalian di saat ia sedang tumbuh?

Tahukah kalian, bahwa derita itu kini besarnya tak memiliki batas? bahkan Tuhan pun kuwalahan mengatasinya hingga Ia tak bisa berbuat apa-apa, Tuhan pun selalu diam tak menjawab saat anak kalian berdo’a, meski do’anya dengan tangisan yang bersumber dari kedalaman derita yang tak terkira?

Tahukah kalian apa akibat perbuatan kalian itu, anak kalian merasa sendiri di jagat yang luasnya tak terkiran ini? Ia meyakini keberadaan Tuhan namun ternyata Tuhan pun menyerah untuk membantunya. Ia yakin kebenaran nabinya, tapi nabi juga tak lagi sudi membantunya. Siapapun yang ia datangi selalu hanya menjadi angin lalu semata.

Tahukah kalian berapa berat rasa iri anak kalian melihat perkembangan orang-orang yang seharusnya ia mampu melakukan itu semua, tapi akibat penyalahgunaan yang kalian lakukan terhadap anak kalian itu, ia merasa dunia begitu menghimpitnya?
Wahai orang tua yang bodoh, anak kalian yang katanya titipan Tuhan itu, kini belum bisa memaafkan semua itu.

Pernahkan kalian berpikir apa yang akan dialami oleh anak kalian itu? Di puncak kesakitan itu, ia merasa bahwa Tuhan pun berbohong kepadanya. Seolah Tuhan pun ikut memainkan dirinya seperti yang kalian lakukan padanya. Itulah yang seringkali ia rasakan akibat perbuatan kalian.

Tahukah kalian bahwa teriakan dan pukulan itu membuat anak kalian tak mampu lagi untuk menjadi pribadi yang seharusnya?
Dan tahukah kalian bahwa dalam hati anak kalian berkata: jika ada kesempatan, kan kubalas semuanya.


Kamis, 28 November 2013

Para Telur




Perhatikan telur-telur tersebut. Semua berwarna putih, kecuali satu, entah itu kuning atau coklat warnanya, tapi sebut saja si coklat. 

Sama-sama telur, tapi si coklat begitu tampak diasingkan dan dibenci oleh kedua telur di sampingnya. Si coklat pun tak mengetahui sebab semua itu. 

Mungkin karena si coklat tidak sama dengan yang lain maka ia dianggap aneh. Secara otomatis, apapun yang dilakukan oleh si coklat selalu dicurigai, pikirannya tidak dihiraukan, keberadaannya dianggap sebagai penyakit, bahkan dunia ini seolah mencela semua tentang si coklat. Semua telur menghakiminya. 

Dalam hal apapun, si coklat selalu menjadi sasaran tuduhan. Setiap kali si cokla punya uneg-uneg, telur-telur yang lain selalu menganggapnya hal yang remeh dan patut disalahkan, meskipun si coklah lebih memiliki kepekaan terhadap apa-apa yang harus diraih dalam kehidupan ini.

Anda bisa bayangkan, seandainya di sebuah rumah ada segudang beras yang bermanfaat untuk para telur. Namun semua telur-telur tidak percaya bahwa di dalam rumah ada beras dan mereka tidak mau tahu soal itu. Satu-satunya yang mengetahui adalah si coklat.
Si coklat berupaya agar beras itu dapat dimanfaatkan oleh telur-telur yang lain. Tapi apa yang ia dapat? Caci maki, ejekan dari lingkungan sekitar, si coklat selalu dikatakan bahwa dia bodoh dan tak punya tujuan yang jelas untuk apa dia berusaha memasuki rumah tersebut.

Si coklat sendiri dalam menghadapi semua itu. Keyakinannya terhadap manfaat beras membuatnya mengalami keterasingan yang dahsyat yang tak mampu ditanggung oleh siapapun selain dia.

Tapi, sebenarnya aku tidak sedang berbicara mengenai telur dan beras, karna yang kumaksud telur adalah manusia, dan si coklat adalah manusia istimewa yang karena keimanannya ia harus terasing di tengah manusia. 

Aku tidak sedang bicara si coklat, tapi Muhammad SAW. Tulisan ini bersumber dari hati yang di dalamnya ada tulisan. Tulisan itu berwarna merah karena tintanya adalah darah. Darah tersebut hasil dari goresan-goresan pedang kehidupan, dan pedang kehidupan itu adalah kata-kata tanpa ilmu dan pikiran manusia yang selalu salah dalam menangkap sebuah sebuah pesan.
 
Ya, aku dan Muhammad. Jika aku merasa didampingi olehnya, jangan lagi kau pamerkan kebesaran apapun di hadapanku. Sebab, itu sudah cukup bagiku karena beliau adalah alasan kenapa alam raya ini ada.

Salam atasmu wahai Kekasih Allah.

Rabu, 27 November 2013

Epistemologi Menurut Saya Lho…



Saya berangkat dari sebuah contoh. Misalnya begini: saya mengatakan kalau malam jangan tidur. Umumnya orang lebih memilih tidur pada waktu malam karena secara mainstream, malam hari memang waktunya tidur. Sedangkan saya terbalik. Saya mempunyai beberapa alasan, salah satunya karena malam hari itu waktu yang sangat tepat untuk merenung. Bagi saya malam hari adalah waktu untuk bangun dan mendapatkan ilmu yang banyak dan gratis.
Maka dari itu, pola hidup saya dengan kebanyakan orang menjadi berbeda. Ada apa dibalik semua itu? Di sinilah epistemology mulai bekerja. Pertanyaan-pertanyaan lain muncul, seperti apa yang dimaksud dengan merenung sehingga bisa menjadi salah satu alasan untuk merubah pola hidup sehari-hari? Kenapa kebanyakan orang menganggap bahwa malam hari adalah waktu untuk tidur? 

Bisa juga dikatakan bahwa epistemology adalah pemikiran teoritis yang mendasari tindakan.

Epistemology juga berarti pembahasan mengenai segala sesuatu yang terkait dengan pengetahuan.

Ciri epistemology adalah semua pembahasan yang bisa didahului dengan pernyataan bahwa “saya mengetahui…”. Misalnya saya mengetahui bahwa saya hidup. Kalimat ini berada pada ranah pembahasan epistemology. pembahasannya seperti ini: bagaimana cara anda mengetahui bahwa anda hidup? Dengan alat apa anda mengetahui hal tersebut?. Jawabannya adalah (misalnya): saya mengetahui bahwa saya hidup karena saya mengenal adanya kematian sebagai sebuah pembeda dari hidup. Untuk menjawab pertanyaan yang kedua bisa dengan cara ini: tutup mata, telinga, dan jangan fungsikan indera peraba anda, setelah itu tanyakan pada diri anda  “apakah anda masih mengetahu bahwa anda hidup”? jawabannya pasti “iya”

 Artinya bahwa pengetahuan kita bahwa kita hidup tidak tergantung pada pancaindera. Jadi darimana pengetahuan itu? Dari akal atau saya sebut sumber internal.  Masalah sumber internal dan sumber eksternal akan saya bahas di halaman lain. Rencananya.

Selasa, 26 November 2013

3J (Jombang, Jogja, Jakarta).






Jombang adalah kota pengembaraanku pertama. Kota yang terkenal dengan kota santri itu menarik hatiku untuk mengenal sesuatu yang ada di sana. Ya, aku mengembara. Tidak begitu jelas apa yang kucari. Namun yang jelas adalah bahwa aku menginginkan sesuatu karena merasa “ada lubang di hati”. 3 tahun aku di sana.

Setelah itu, sampailah aku pada pengembaraan berikutnya. Kali ini kepergianku bukan karena sesuatu yang ada di jogja melainkan lebih karena mengikuti alur saja. Dan ternyata, tak kusangka, sesuatu yang tak kurencanakan banyak terjadi. Bukan hanya itu, di kota jogja lah kutemukan banyak hal yang begitu menjawab lubang di hati selama ini meski belum semuanya.

Kemudian Jakarta, hanya beberapa bulan aku di sana. Ya Allah, suasananya seperti neraka. Lalu lintasnya saja membuat otak serasa diiris-iris setiap hari. Tapi di sana ada pengalaman yang sangat menyentuh hingga saat ini, yaitu konsep tajalli.

Lubang di hati ini belum tertutup, nampaknya Allah masih menginginkan aku untuk berjalan. Entah scenario seperti apalagi yang harus kujalani. Satu pelajaran yang sangat berharga bahwa semakin hati ini rindu, semakin nikmat untuk bertemu. Barangkali Tuhan sengaja melelahkanku dalam perjalanan panjang, supaya nanti ketika aku bertemu dengan-Nya kenikmatan bertemu pun menjadi semakin besar. 

Tak ada yang sia-sia. 

Aku berasal dari-Nya dan akan kembali pada-Nya.

Seruling berkata: kembalikan aku pada rumpun bambu yang telah lama memisahkanku…

Senin, 25 November 2013

Hidup di Dua Alam



    1.      Tuhan Maha Mengetahui segala sesuatu
     Masa depan adalah sesuatu
     Maka tuhan mengetahui masa depan

            
Tuhan Maha Kuasa terhadap segala sesuatu
  Kejadian adalah sesuatu
  Maka Tuhan berkuasa untuk menciptakan kejadian

Salah satu dari segala sesuatu adalah usaha manusia
Tuhan berkuasa atas segala sesuatu
 Maka Tuhan jugalah yang sesungguhnya menggerakkan manusia untuk berusaha



     2. Tuhan memerintah manusia untuk berbuat kebaikan
   Manusia wajib taat kepada perintah Tuhan
   Maka manusia wajib berbuat baik

Pembahasan:
Dari silogisme-silogisme di atas, nomor 1 adalah alam kesadaran/pemikiran/intinya bathiniyah lah, sedangkan nomor 2 adalah alam praksis. Kesadaran manusia selalu lebih mampu mencakup secara luas tentang berbagai hal dibandingkan tindakan praksis. Misalnya: secara praksis si A menangkap koruptor, tapi secara kesadaran dia juga bisa berpikir bahwa ini semua adalah bagian dari scenario Tuhan. Memang sudah menjadi sunnatullah bahwa dunia ini ada protagonist dan antagonist.
            Pelajaran lain adalah: bahwa usaha tidak ada hubungannya dengan keberhasilan. Karena usaha seharusnay diniatkan untuk mentaati perintah Tuhan. Di sinilah manusia dituntut untuk konsentrasi pada dua alam pada waktu yang sama. Di satu sisi ia berurusan dengan masalah-masalah kehidupan sehari-hari, baik itu pekerjaan, makan karena lapar, minum supaya tidak haus, dan lain sebagainya yang intinya adalah wilayah sebab akibat. Namun di sisi lain sang manusia juga harus berpikiran bahwa semua sudah terjadi atas kehendaknya, minum dan hilangnya rasa haus adalah dua hal yang berbeda karena penghilang rasa haus bukanlah minuman, melainkan kehendak Tuhan.
            Manusia harus sadar sepenuhnya dan menerima sepenuhnya bahwa segala sesuatu sudah diatur dan diketahui Tuhan, dan tak satu pun yang berada di luar kekuasaan-Nya. Dan di sisi lain manusia wajib untuk menggunakan kemampuannya semaksimal mungkin.
Jika lebih diperjelas, ada dua alam yang harus dihuni oleh manusia, yaitu alam sebab –akibat (seperti kalau haus ya minum) dan alam bukan sebab-akibat (sadar bahwa hilangnya haus bukan karena minum).
Singkat kata, sekeras apapun dalam bekerja, hati tetap tenang. Meski kaki menginjak bumi, tapi hati terkunci di genggaman Ilahi.