Jombang adalah kota
pengembaraanku pertama. Kota yang terkenal dengan kota santri itu menarik
hatiku untuk mengenal sesuatu yang ada di sana. Ya, aku mengembara. Tidak begitu
jelas apa yang kucari. Namun yang jelas adalah bahwa aku menginginkan sesuatu
karena merasa “ada lubang di hati”. 3 tahun aku di sana.
Setelah itu,
sampailah aku pada pengembaraan berikutnya. Kali ini kepergianku bukan karena
sesuatu yang ada di jogja melainkan lebih karena mengikuti alur saja. Dan ternyata,
tak kusangka, sesuatu yang tak kurencanakan banyak terjadi. Bukan hanya itu, di
kota jogja lah kutemukan banyak hal yang begitu menjawab lubang di hati selama
ini meski belum semuanya.
Kemudian Jakarta,
hanya beberapa bulan aku di sana. Ya Allah, suasananya seperti neraka. Lalu lintasnya
saja membuat otak serasa diiris-iris setiap hari. Tapi di sana ada pengalaman
yang sangat menyentuh hingga saat ini, yaitu konsep tajalli.
Lubang di hati ini
belum tertutup, nampaknya Allah masih menginginkan aku untuk berjalan. Entah scenario
seperti apalagi yang harus kujalani. Satu pelajaran yang sangat berharga bahwa
semakin hati ini rindu, semakin nikmat untuk bertemu. Barangkali Tuhan sengaja
melelahkanku dalam perjalanan panjang, supaya nanti ketika aku bertemu
dengan-Nya kenikmatan bertemu pun menjadi semakin besar.
Tak ada yang sia-sia.
Aku berasal dari-Nya dan akan kembali pada-Nya.
Seruling berkata:
kembalikan aku pada rumpun bambu yang telah lama memisahkanku…
Tidak ada komentar:
Posting Komentar