Kamis, 28 November 2013

Para Telur




Perhatikan telur-telur tersebut. Semua berwarna putih, kecuali satu, entah itu kuning atau coklat warnanya, tapi sebut saja si coklat. 

Sama-sama telur, tapi si coklat begitu tampak diasingkan dan dibenci oleh kedua telur di sampingnya. Si coklat pun tak mengetahui sebab semua itu. 

Mungkin karena si coklat tidak sama dengan yang lain maka ia dianggap aneh. Secara otomatis, apapun yang dilakukan oleh si coklat selalu dicurigai, pikirannya tidak dihiraukan, keberadaannya dianggap sebagai penyakit, bahkan dunia ini seolah mencela semua tentang si coklat. Semua telur menghakiminya. 

Dalam hal apapun, si coklat selalu menjadi sasaran tuduhan. Setiap kali si cokla punya uneg-uneg, telur-telur yang lain selalu menganggapnya hal yang remeh dan patut disalahkan, meskipun si coklah lebih memiliki kepekaan terhadap apa-apa yang harus diraih dalam kehidupan ini.

Anda bisa bayangkan, seandainya di sebuah rumah ada segudang beras yang bermanfaat untuk para telur. Namun semua telur-telur tidak percaya bahwa di dalam rumah ada beras dan mereka tidak mau tahu soal itu. Satu-satunya yang mengetahui adalah si coklat.
Si coklat berupaya agar beras itu dapat dimanfaatkan oleh telur-telur yang lain. Tapi apa yang ia dapat? Caci maki, ejekan dari lingkungan sekitar, si coklat selalu dikatakan bahwa dia bodoh dan tak punya tujuan yang jelas untuk apa dia berusaha memasuki rumah tersebut.

Si coklat sendiri dalam menghadapi semua itu. Keyakinannya terhadap manfaat beras membuatnya mengalami keterasingan yang dahsyat yang tak mampu ditanggung oleh siapapun selain dia.

Tapi, sebenarnya aku tidak sedang berbicara mengenai telur dan beras, karna yang kumaksud telur adalah manusia, dan si coklat adalah manusia istimewa yang karena keimanannya ia harus terasing di tengah manusia. 

Aku tidak sedang bicara si coklat, tapi Muhammad SAW. Tulisan ini bersumber dari hati yang di dalamnya ada tulisan. Tulisan itu berwarna merah karena tintanya adalah darah. Darah tersebut hasil dari goresan-goresan pedang kehidupan, dan pedang kehidupan itu adalah kata-kata tanpa ilmu dan pikiran manusia yang selalu salah dalam menangkap sebuah sebuah pesan.
 
Ya, aku dan Muhammad. Jika aku merasa didampingi olehnya, jangan lagi kau pamerkan kebesaran apapun di hadapanku. Sebab, itu sudah cukup bagiku karena beliau adalah alasan kenapa alam raya ini ada.

Salam atasmu wahai Kekasih Allah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar