Perhatikan telur-telur tersebut. Semua berwarna putih, kecuali
satu, entah itu kuning atau coklat warnanya, tapi sebut saja si coklat.
Sama-sama telur, tapi si coklat begitu tampak diasingkan dan
dibenci oleh kedua telur di sampingnya. Si coklat pun tak mengetahui sebab
semua itu.
Mungkin karena si coklat tidak sama dengan yang lain maka ia
dianggap aneh. Secara otomatis, apapun yang dilakukan oleh si coklat selalu
dicurigai, pikirannya tidak dihiraukan, keberadaannya dianggap sebagai
penyakit, bahkan dunia ini seolah mencela semua tentang si coklat. Semua telur
menghakiminya.
Dalam hal apapun, si coklat selalu menjadi sasaran tuduhan. Setiap
kali si cokla punya uneg-uneg, telur-telur yang lain selalu menganggapnya hal
yang remeh dan patut disalahkan, meskipun si coklah lebih memiliki kepekaan
terhadap apa-apa yang harus diraih dalam kehidupan ini.
Anda bisa bayangkan, seandainya di sebuah rumah ada segudang
beras yang bermanfaat untuk para telur. Namun semua telur-telur tidak percaya
bahwa di dalam rumah ada beras dan mereka tidak mau tahu soal itu. Satu-satunya
yang mengetahui adalah si coklat.
Si coklat berupaya agar beras itu dapat dimanfaatkan oleh
telur-telur yang lain. Tapi apa yang ia dapat? Caci maki, ejekan dari
lingkungan sekitar, si coklat selalu dikatakan bahwa dia bodoh dan tak punya
tujuan yang jelas untuk apa dia berusaha memasuki rumah tersebut.
Si coklat sendiri dalam menghadapi semua itu. Keyakinannya terhadap
manfaat beras membuatnya mengalami keterasingan yang dahsyat yang tak mampu
ditanggung oleh siapapun selain dia.
Tapi, sebenarnya aku tidak sedang berbicara mengenai telur dan
beras, karna yang kumaksud telur adalah manusia, dan si coklat adalah manusia
istimewa yang karena keimanannya ia harus terasing di tengah manusia.
Aku tidak sedang bicara si coklat, tapi Muhammad SAW. Tulisan ini
bersumber dari hati yang di dalamnya ada tulisan. Tulisan itu berwarna merah
karena tintanya adalah darah. Darah tersebut hasil dari goresan-goresan pedang
kehidupan, dan pedang kehidupan itu adalah kata-kata tanpa ilmu dan pikiran
manusia yang selalu salah dalam menangkap sebuah sebuah pesan.
Ya, aku dan Muhammad. Jika aku merasa didampingi olehnya,
jangan lagi kau pamerkan kebesaran apapun di hadapanku. Sebab, itu sudah cukup bagiku karena beliau adalah
alasan kenapa alam raya ini ada.
Salam atasmu wahai Kekasih Allah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar