Saya berangkat dari sebuah
contoh. Misalnya begini: saya mengatakan kalau malam jangan tidur. Umumnya orang
lebih memilih tidur pada waktu malam karena secara mainstream, malam hari
memang waktunya tidur. Sedangkan saya terbalik. Saya mempunyai beberapa alasan,
salah satunya karena malam hari itu waktu yang sangat tepat untuk merenung. Bagi
saya malam hari adalah waktu untuk bangun dan mendapatkan ilmu yang banyak dan
gratis.
Maka dari itu, pola hidup saya
dengan kebanyakan orang menjadi berbeda. Ada apa dibalik semua itu? Di sinilah epistemology
mulai bekerja. Pertanyaan-pertanyaan lain muncul, seperti apa yang dimaksud
dengan merenung sehingga bisa menjadi salah satu alasan untuk merubah pola
hidup sehari-hari? Kenapa kebanyakan orang menganggap bahwa malam hari adalah
waktu untuk tidur?
Bisa juga dikatakan bahwa epistemology
adalah pemikiran teoritis yang mendasari tindakan.
Epistemology juga berarti
pembahasan mengenai segala sesuatu yang terkait dengan pengetahuan.
Ciri epistemology adalah semua
pembahasan yang bisa didahului dengan pernyataan bahwa “saya mengetahui…”. Misalnya
saya mengetahui bahwa saya hidup. Kalimat ini berada pada ranah pembahasan epistemology.
pembahasannya seperti ini: bagaimana cara anda mengetahui bahwa anda hidup? Dengan
alat apa anda mengetahui hal tersebut?. Jawabannya adalah (misalnya): saya
mengetahui bahwa saya hidup karena saya mengenal adanya kematian sebagai sebuah
pembeda dari hidup. Untuk menjawab pertanyaan yang kedua bisa dengan cara ini: tutup
mata, telinga, dan jangan fungsikan indera peraba anda, setelah itu tanyakan
pada diri anda “apakah anda masih
mengetahu bahwa anda hidup”? jawabannya pasti “iya”
Artinya
bahwa pengetahuan kita bahwa kita hidup tidak tergantung pada pancaindera. Jadi
darimana pengetahuan itu? Dari akal atau saya sebut sumber internal. Masalah sumber internal dan sumber eksternal akan saya bahas di halaman lain. Rencananya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar