Bagi
orang yang mempelajari kehidupan, maka makna kehidupan bukanlah
bersenang-senang.
Kehidupan
terkait dengan berfungsinya hal-hal mendasar yang dimiliki manusia yang
membedakannya dari makhluk lain.
Orang
yang menekuni kehidupan dengan orang yang hanya bersenang-senang, sangatlah
jauh berbeda.
Kehidupan
seseorang tidak terletak pada kemampuannya mengikuti arus, karena orang yang
mengikuti arus tanpa memiliki kendali diri = orang mati. Pada hakikatnya ia mati, meskipun
masih hidup.
Kehidupan
adalah ketika manusia mampu melihat berbagai peristiwa sebagai sebuah kesatuan
dan tidak melihatnya secara terpisah-pisah. Ia memiliki satu atau beberapa kata
untuk menyebut berbagai peristiwa berdasarkan sifat-sifatnya. Misalnya,
peristiwa perayaan Idul Fitri, tahun baru, dan Pemilu.
Bagi
“orang mati”, idul fitri = peristiwa keagamaan, tahun baru = perubahan besar
dan penting (tapi tidak memiliki pemaknaan yang landasan yang kuat untuk menganggapnya
penting), dan Pemilu = peristiwa politik.
Akan
tetapi bagi “orang hidup”, perayaan idul fitri, tahun baru, dan pemilu bisa
dibaca dengan cara pandang yang sangat berbeda. Karena ketiga hal tersebut
memiliki kesamaan, yaitu pemuasan keinginan. Sehingga “orang hidup” tidak lagi
terjebak pada penggunaan kata “peristiwa keagamaan dan demokrasi politik”,
karena ia sudah mampu menemukan muara dari dari berbagai peristiwa.
(idul
fitri, pemilu dan tahun baru, hanya sebagai contoh saja, mungkin ada juga
peristiwa lain).