Selasa, 31 Desember 2013

Orang Hidup dan Orang Mati

Bagi orang yang mempelajari kehidupan, maka makna kehidupan bukanlah bersenang-senang. 

Kehidupan terkait dengan berfungsinya hal-hal mendasar yang dimiliki manusia yang membedakannya dari makhluk lain.

Orang yang menekuni kehidupan dengan orang yang hanya bersenang-senang, sangatlah jauh berbeda.

Kehidupan seseorang tidak terletak pada kemampuannya mengikuti arus, karena orang yang mengikuti arus tanpa memiliki kendali diri =  orang mati. Pada hakikatnya ia mati, meskipun masih hidup.

Kehidupan adalah ketika manusia mampu melihat berbagai peristiwa sebagai sebuah kesatuan dan tidak melihatnya secara terpisah-pisah. Ia memiliki satu atau beberapa kata untuk menyebut berbagai peristiwa berdasarkan sifat-sifatnya. Misalnya, peristiwa perayaan Idul Fitri, tahun baru, dan Pemilu.

Bagi “orang mati”, idul fitri = peristiwa keagamaan, tahun baru = perubahan besar dan penting (tapi tidak memiliki pemaknaan yang landasan yang kuat untuk menganggapnya penting), dan Pemilu = peristiwa politik.

Akan tetapi bagi “orang hidup”, perayaan idul fitri, tahun baru, dan pemilu bisa dibaca dengan cara pandang yang sangat berbeda. Karena ketiga hal tersebut memiliki kesamaan, yaitu pemuasan keinginan. Sehingga “orang hidup” tidak lagi terjebak pada penggunaan kata “peristiwa keagamaan dan demokrasi politik”, karena ia sudah mampu menemukan muara dari dari berbagai peristiwa.

(idul fitri, pemilu dan tahun baru, hanya sebagai contoh saja, mungkin ada juga peristiwa lain).

Dunia Kembali Menipu



Kali ini , dunia kembali mencoba membohongiku dengan pesonanya di sebuah momentum yang disebut “tahun baru”. Pada momentum tersebut banyak orang yang merasa apes hanya karena tidak ada yang mengajak jalan, tidak punya genk untuk merayakan momentum tersebut, dan banyak orang yang rela bermace-macetan di jalan raya selama berjam-jam disertai dengan asap kendaraan bermotor yang menyesakkan nafas.

Dunia oh dunia, permainanmu mampu membuat jutaan manusia bersikap aneh dan tidak jelas. Dengan permainanmu, manusia merasa senang dan merasa menjadi bintang kehidupan. Setelah selesai, ya sudah, kembali ke kehidupan masing-masing dan tidak membawa efek apa-apa.

Kasihan manusia-manusia itu, merelakan diri untuk sibuk dengan hal-hal yang bukan tujuan mereka.

Padahal ada satu hal yang saat ini tidak bisa ditunda lagi, yaitu revolusi pemikiran.

Tapi ya sudahlah, tak perlu aku memaksakan kehendakku ini untuk bisa diterima orang .

(bukannya aku menghina-hina dunia, tapi aku butuh actor antagonis untuk tumbuh lebih transenden)



Selamat tahun baru, semoga semuanya menjadi lebih baik, semua kekurangan semakin berkurang. Aamiin..


Senin, 30 Desember 2013

Do'a Akhir Tahun




Satu hal yang aku mohon jangan lakukan padaku, yaitu menjauhkanku darinya, terhalang untuk mengikutinya. 

Kumohon, percepatlah momentum pertemuanku dengannya.

Balaslah semua keterpurukan hidupku dengan perjumpaan agung itu.

Butir demi butir penginggalan darinya kukumpulkan. Dengan harapan mendapat syafaatnya.

Kepadanya kumerindu, cahaya abadi, Muhammad.

Sabtu, 28 Desember 2013

Jika Aku Mati




Mitos yang berkembang adalah: kemuliaan orang yang meninggal diukur dari berapa banyak orang yang melayatnya.

Begitulah mitos di masyarakat.

Kalau Nabi yang bersabda demikian, itu benar adanya. Tapi kalau sabda Nabi sudah dikutip, itu lain ceritanya.

Dalam konteks sekarang, hubungan antar manusia bisa terjadi tidak hanya dalam membangun kebaikan, tapi bersekongkol dalam kejahilan pun bisa dengan mudah. Apalagi, dengan kecanggihan teknologi dan komunikasi, sesuatu yang salah bisa dimanipulasi menjadi benar.

Dengan begitu, orang yang jahat sekalipun bisa dengan mudah menggunakan teknologi komunikasi untuk member kesan baik pada banyak orang. Sehingga ketika dia mati banyak orang yang mengunjunginya.

Kalau sudah begini, atas dasar apa kita bisa membenarkan bahwa kebaikan orang mati diukur dari jumlah pelayatnya?

Dengan GR orang merasa bahwa si A lebih baik daripada si B karena jumlah pelayat A lebih banyak ketika meninggal dibandingkan si B.

Kebanyakan orang berpikir sejengkal sejengkal. Ada pertimbangan lain bahwa: di akhir zaman, Islam akan terasing sebagaimana kedatangannya dahulu. Konsekuensinya adalah: orang yang menjalankan Islam secara serius akan mengalami keterasingan dalam hidupnya. Dan ketika wafat, tidak menutup kemungkinan sedikit pula yang melayatnya. Jadi, atas dasar apa jumlah pelayat yang lebih banyak dianggap lebih mulia daripada yang sedikit?

Jika demikian, aku memohon untuk mati tanpa satu pun manusia di bumi mengetahuinya. Jenazahku, bukanlah manusia bumi yang mengurusnya.

Keluarga, Teman, dan Rumah





Keluarga akan meninggalkanku
Teman akan meninggalkanku
Rumah akan  kutinggalkan

Adakah yang setia menemani hingga tanpa batas waktu? Kalau ada, siapakah dia? Bagaimana caranya untuk mendapatkan teman sejati itu?

Ternyata, keluarga dan teman bukanlah orang-orang yang akan selalu setia selamanya. Cinta mereka terbatas. Karena itulah aku katakan : my home is not my home, my family is not my family. I’m the symbol of alone.

Kalian tidak kuat menyangga keberadaanku. Jadi, lepaskanlah aku. Tak usah kalian caci kesendirianku sebagai bentuk asocial dan tidak menerima indahnya kebersamaan. Jika kalian tak memahami aku, tinggalkanlah. Sejak awal kuketahui bahwa kalian bukanlah teman sejati.