Jumat, 06 Desember 2013

Kepada Siapa Aku Percaya?



Orang-orang bilang: percayalah pada Tuhan. Benar. Tapi kata “Tuhan” sudah dimanipulasi dan bisa dengan mudah untuk dijadikan sebagai pembenar bagi ambisi-ambisi yang gak karuan.

Orang-orang juga bilang: berpeganglah pada kitab suci. Benar. Tapi penafsiran yang mana yang harus diikuti, itu menjadi pertanyaan. 

Orang-orang bilang: ikutilah para ulama yang ahli. Benar. Tapi berapa banyak ulama yang dibilang ahli oleh para pengikutnya tapi juga dicemo’oh oleh yang tidak sependapat. Masing-masing pengikut pasti membela ulama’nya. 

Orang-orang juga bilang: berpenglah pada madzhab A. benar. Tapi bagaimana dengan madzhab yang lain. Mana yang lebih layak untuk kupercaya, A, B, C, atau D? masing-masing kan membenarkan dirinya dan pasti menganggap yang lain salah. Wajar sih, tapi bukan itu yang kurasa bisa menutupi lubang di hati ini.

Kepada apa dan siapa kepercayaan ini kuserahkan?

Inilah perjalanan yang sesungguhnya.

Aku menemukan sesuatu yang tidak bisa ditafsirkan orang lain. Aku menemukan sesuatu yang tidak bisa dibantah dan dicampuri orang lain. Sesuatu yang tidak bisa dimonopoli oleh siapapun. 

Sesuatu itu adalah pengalaman yang orisinil. Ya. Pengalamanku sebagai aku. Pengalaman di saat berada pada keterasingan. Disitulah sebenarnya pengalaman kebertuhanan yang sejati. Tidak terkotori oleh apapun. Bahkan kau sendiri tak berencana untuk menempuhnya, sehingga itu bukan merupakan kreasimu sebagai manusia yang lemah. Itu semua dalah pengalaman yang terberi.

Di situlah ruang yang tak seorang pun bisa memasukinya.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar