Orang-orang
bilang: percayalah pada Tuhan. Benar. Tapi kata “Tuhan” sudah dimanipulasi dan
bisa dengan mudah untuk dijadikan sebagai pembenar bagi ambisi-ambisi yang gak
karuan.
Orang-orang
juga bilang: berpeganglah pada kitab suci. Benar. Tapi penafsiran yang mana
yang harus diikuti, itu menjadi pertanyaan.
Orang-orang
bilang: ikutilah para ulama yang ahli. Benar. Tapi berapa banyak ulama yang
dibilang ahli oleh para pengikutnya tapi juga dicemo’oh oleh yang tidak
sependapat. Masing-masing pengikut pasti membela ulama’nya.
Orang-orang
juga bilang: berpenglah pada madzhab A. benar. Tapi bagaimana dengan madzhab
yang lain. Mana yang lebih layak untuk kupercaya, A, B, C, atau D?
masing-masing kan membenarkan dirinya dan pasti menganggap yang lain salah.
Wajar sih, tapi bukan itu yang kurasa bisa menutupi lubang di hati ini.
Kepada
apa dan siapa kepercayaan ini kuserahkan?
Inilah
perjalanan yang sesungguhnya.
Aku
menemukan sesuatu yang tidak bisa ditafsirkan orang lain. Aku menemukan sesuatu
yang tidak bisa dibantah dan dicampuri orang lain. Sesuatu yang tidak bisa
dimonopoli oleh siapapun.
Sesuatu
itu adalah pengalaman yang orisinil. Ya. Pengalamanku sebagai aku. Pengalaman
di saat berada pada keterasingan. Disitulah sebenarnya pengalaman kebertuhanan
yang sejati. Tidak terkotori oleh apapun. Bahkan kau sendiri tak berencana
untuk menempuhnya, sehingga itu bukan merupakan kreasimu sebagai manusia yang
lemah. Itu semua dalah pengalaman yang terberi.
Di
situlah ruang yang tak seorang pun bisa memasukinya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar