Tulisan ini bersumber dari:
http://www.youtube.com/watch?v=eWZVGLiBTfE
Narasumber: Ust Husein Heryanto M. Hum
Menyimak video sambil menulis adalah keasyikan tersendiri. Berikut
coretan-coretanku:
Tips mempelajari filsafat:
1.
Mempelajari definisinya
Secara akar kata filsafat itu artinya cinta kebijaksanaan.
Kemudian diserap ke dalam bahasa Arab menjadi falsafah, Lalu para filosof muslim menemukan kata yang memiliki
kesamaan makna, yaitu hikmah. Secara popular bisa dikatakan bahwa filsafat
adalah sebuah upaya memahami segala sesuatu senyata-nyatanya,
seradikal-radikalnya, baik Tuhan, alam, maupun manusia.
2. Mempelajari sejarahnya
Sayyid Husein Nasr menulis bahwa: Al Amiri-seorang filosof Persia
abad kesepuluh-, dan suhrawardi (abad 14), mengatakan bahwa filsafat sebenarnya
berasal dari tradisi kenabian. Mamba’ul
hikmah min misykat an-Nubuwwah. Bapak para filosof adalah Nabi Idris. Nabi
pertama yang menafsirkan pesan Tuhan untuk manusia, sudah ada proses filosofis
di situ.
Nah, dari Nabi Idris itulah turun ke Timur Iran Persia, India,
China, Mesir. Lalu ke Barat Yunani, Romawi.
Pytagoras (abad 6 sebelum Masehi), belajar kepada sahabat Nabi
Sulaiman di Mesir, dan pernah ke Persia. Thales itu belajar pada Lukman Hakim
(orang yang disebut dalam al Quran surat al Lukman). Disebut hakim karena
diberi hikmah. Dialah guru pada filosof Yunani.
(ini jawaban yang menarik menurut saya karena filsafat justru
bersumber dari Kenabian. Satu pandangan yang menambah kemantapan saya terhadap
filsafat. Jadi, kalau membawa filsafat
itu menjadi bagian dari tradisi yang akrab di masyarakat, jangan lupa sebut
“filsafat itu bersumber dari kenabian”. Ini penting untuk menghindari benturan
sekaligus untuk menghidupkan rasionalitas masyarakat dalam keberagamaan).
Ada berbagai corak keagamaan dalam Islam, ada yang politis,
teologis, dan filosofis. Corak filosofis ini kurang berkembang.
Sementara itu, Syahid Murtadha Muthahhari menulis bahwa ilmu-ilmu
Islam itu mencakup fiqh, ushul fiq, filsafat, logika, tasawuf.
Filsafat tidak hanya terkait dengan ilmu-ilmu Islam, bahkan
bersumber dari tradisi kenabian.
3.
Mempelajari tokoh-tokohnya
Secara ringkas bisa dikatakan: ada seorang tokoh namanya al
Farabi, al Kindi = pendiri paripatetik di Islam. Ibn Sina, dokter filsuf. Suhrawardi
yang membangun aliran illuminasionisme. Nasr an Din at Thusi mencoba
menggabungkan antara ilmu kalam denga filsafat, seorang scientist juga. Di
Andalusia ada Ibn Bajah, Ibn Tufail, Ibn Rusyd. 15-16 ada Mirdamad, Mulla
Shadra, Sabzawardi.
Sebelum itu semua, sudah ada tradisi filsafat. Socrates, Plato,
Aristoteles = tiga tokoh utama.
4. Mempelajari sistematikanya
Metafisika. Merupakan inti filsafat. Mempelajari wujud, maujud.
Memahamai sesuatu sebagaimana adanya.
Epistemology. dari mana pengetahuan itu muncul, Hakikat
pengetahuan, bagaimana prosesnya ada dalam jiwa kita.
Filsafat akhlak. Lebih praktis, menyangkut baik buruk.
Dalam filsafat Islam, semua itu saling terkait, metafisika,
epistemology, dan akhlak. Ini berbeda dari sejarah filsafat Barat yang saling
berbenturan.
Bagaimana dengan penamaan “Filsafat Islam” itu sendiri? Paling
gampang jawabnya adalah bahwa filsafat Islam adalah fislafat yang dilahirkan
oleh para muslim, yang percaya pada Allah, hari akhir, dan kenabian. Sekalipun
ada perbedaan pemikiran antar filsuf muslim, tak satupun yang menolak ketiga
hal tersebut. Itulah yang menjadi kekhasan filsafat Islam.
Semua filsuf muslim, motivasi utama adalah membuktikan keesaan
Allah. Hanya saja argumennya macam-macam. Cabang-cabang filsafat Islam itu
terintegrasi. Itulah karakter filsafat Islam, tidak hanya nama yang dipaksakan
atau diambil dari Yunani saja.
Filsafat Islam ada yang masih hidup, ada yang sudah mati. Yang
sudah mati artinya hanya menjadi sejarah, tapi tidak menjadi tradisi yang
hidup. Maksudnya mempelajari filsafat hanya menghafal pemikiran-pemikrian
tokoh.
Muhammad Iqbal, Murtadha Muthahhari, Baqir Shadr, adalah
tokoh-tokoh yang menghidupkan tradisi filsafat Islam hingga zaman kontemporer.
Kenapa belajar filsafat Islam ngantuk? Ya karena kurikulumnya
memperlakukan filsafat sebagai benda mati. Hehehe. Tanpa memahami latarbelakang
pemikiran filsuf muslim. Sedangkan filsafat Barat kelihatan menarik karena
membenturkan filsafat dengan
problem-problem kontemporer.
Filsafat Islam belum menjadi aktifitas kerja/cara berpikir untuk
melihat persoalan zaman.
Selain itu, anak-anak muda juga punya inferiority complex. Rendah
diri ketika melihat Barat dan tidak menggali tradisi filsafat Islam.
Jadi, yang penting adalah bagaimana filsafat Islam menjadi cara
memandang persoalan. How to think, how to
reason dengan basis filsafat Islam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar