1. Apakah uang itu penting?
2. Bagaimana uang diposisikan?
Pertanyaan
itu bukan untuk dijawab, tapi hanya sebagai contoh. Karna seringkali saya
melihat dan berbicara dengan orang-orang mengenai uang.
Setiap kali saya
mengutarakan pendapat mengenai bagaimana memposisikan uang, orang yang saya
ajak bicara selalu berkata “uang kan penting”. Itu seringkali terjadi. Padahal saya
tidak berbicara pada ranah penting dan tidaknya uang. Tapi saya bicara pada
lingkup bagaimana menilai uang.
Kabar
yang belum lama saya dengar dari Pak Agus Sunyoto, pengarang buku Atlas Walisongo, bahwa penyebaran Islam
pada masa walisongo begitu cepat karena para wali adalah orang-orang yang suci,
mereka bukan orang matre, bukan pedagang. Mereka adalah golongan Brahman.
Pada zaman
itu, orang-orang jawa memiliki penilaian bahwa golongan Brahman memiliki posisi
lebih tinggi dibandingkan golongan pedagang. Inilah yang saya maksud dengan
bagaimana uang diposisikan.
Kabar
yang menarik lagi, bahwa Islam sudah datang ke Jawa pada saat Nabi masih hidup.
Akan tetapi yang datang ke Jawa adalah para pedagang. Bagi orang jawa pada
waktu itu, pedagang atau orang berduit bukanlah golongan terpandang.
Orang-orang
dulu memiliki pandangan yang lebih tepat mengenai tata letak nilai. Ini bukan
persoalan zaman sudah berganti, tapi karna manusia semakin malas berpikir
sehingga materi menjadi tolok ukur utama dalam menilai kedudukan seseorang.
Sekali
lagi, saya tidak sedang berbicara apakah uang itu penting atau tidak, tapi saya
berbicara bagaimana uang itu diletakkan posisinya secara proporsional.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar