Assalamu’alaikum
Mbah…
Aku
mendengar kabar bahwa ketika hati seseorang tergerak untuk berjalan menuju
kebaikan, sebenarnya Allah lah yang menggerakkan orang tersebut. Kaki tangannya
adalah kaki tangan Allah. Matanya adalah mata Allah.
Tiba-tiba
saja hatiku tergerak untuk menyapa ulama besar, pendiri NU, sesepuh para Kyai. Semoga
ini memang kehendak Allah yang mengarahkan pandanganku kepada Panjenengan.
Saya
adalah salah satu pecinta ulama, ingin datang kepada Njenengan, mendekat, mendengarkan sesuatu, dan ngalap berkah. Rasa cinta kepada ulama adalah satu yang membuatku
bahagia menjalani hidup.
Sebagai
salah satu orang yang pernah nyantri di Jombang, di pesantren yang basisnya NU,
saya berterimakasih sekali kepada Njenengan.
Sikap
Njenengan yang mengutamakan kebersamaan umat merupakan warisan berharga hingga
saat ini. Sikap tersebut adalah bukti sifat tawadhu’ yang Njenengan miliki. Tidak
mengajak manusia untuk “meneeriakkan kebenaran” dengan suara yang tidak enak di
dengar.
“Manusia harus
bersatu…agar tercipta kebaikan dan kesejahteraan agar terhindar dari kehancuran
dan bahaya” (Mbah
Hasyim).
Dalam
hal kepemimpinan, Mbah Hasyim berkata : kita
hanya ingin mereka yang menduduki dan memegang kepemimpinan negeri ini
melaksanakan Islam yang telah diperintahkan oleh Allah Yang Maha Suci dan
Agung.
Dengan
pendirian tersebut, berarti energy umat tidak akan terbuang untuk berdebat
masalah kepemimpinan yang didasarkan pada fanatisme madzhab. Tolok ukur
keabsahan pemimpin adalah ketaatannya pada perintah Allah. Segala sesuatu yang
diperintah Allah itu baik. Pemimpin yang taat kepada Allah pasti baik. Jika ia
baik, maka secara otomatis masuk dalam kategori Islam secara kualitatif. Aman sudah.
Sudah
dulu ya Mbah..kalau kebanyakan malah nggak berkah…tulisan saya tidak akan mampu
berbicara mengenai Panjenengan..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar