Jumat, 27 Desember 2013

K.H. Hasyim Asy'ari



Assalamu’alaikum Mbah…

Aku mendengar kabar bahwa ketika hati seseorang tergerak untuk berjalan menuju kebaikan, sebenarnya Allah lah yang menggerakkan orang tersebut. Kaki tangannya adalah kaki tangan Allah. Matanya adalah mata Allah.

Tiba-tiba saja hatiku tergerak untuk menyapa ulama besar, pendiri NU, sesepuh para Kyai. Semoga ini memang kehendak Allah yang mengarahkan pandanganku kepada Panjenengan.

Saya adalah salah satu pecinta ulama, ingin datang kepada Njenengan, mendekat, mendengarkan sesuatu, dan ngalap berkah. Rasa cinta kepada ulama adalah satu yang membuatku bahagia menjalani hidup.

Sebagai salah satu orang yang pernah nyantri di Jombang, di pesantren yang basisnya NU, saya berterimakasih sekali kepada Njenengan.

Sikap Njenengan yang mengutamakan kebersamaan umat merupakan warisan berharga hingga saat ini. Sikap tersebut adalah bukti sifat tawadhu’ yang Njenengan miliki. Tidak mengajak manusia untuk “meneeriakkan kebenaran” dengan suara yang tidak enak di dengar.

“Manusia harus bersatu…agar tercipta kebaikan dan kesejahteraan agar terhindar dari kehancuran dan bahaya” (Mbah Hasyim).

Dalam hal kepemimpinan, Mbah Hasyim berkata : kita hanya ingin mereka yang menduduki dan memegang kepemimpinan negeri ini melaksanakan Islam yang telah diperintahkan oleh Allah Yang Maha Suci dan Agung.

Dengan pendirian tersebut, berarti energy umat tidak akan terbuang untuk berdebat masalah kepemimpinan yang didasarkan pada fanatisme madzhab. Tolok ukur keabsahan pemimpin adalah ketaatannya pada perintah Allah. Segala sesuatu yang diperintah Allah itu baik. Pemimpin yang taat kepada Allah pasti baik. Jika ia baik, maka secara otomatis masuk dalam kategori Islam secara kualitatif. Aman sudah.

Sudah dulu ya Mbah..kalau kebanyakan malah nggak berkah…tulisan saya tidak akan mampu berbicara mengenai Panjenengan..





Tidak ada komentar:

Posting Komentar