Kamis, 19 Desember 2013

Bagiku





Bagiku, mobil yang harganya milyaran tidak bisa menggantikan kehadiran seorang sosok bijaksana.

Rumah megah tak bisa menggantikan kehadiran manusia sempurna.

Kebesaran yang ditunjukkan oleh para politisi, tidak berarti apa-apa dibandingkan aku bertemu dengan sang manusia sempurna.

Semakin dekat aku dengan kematian, aku semakin mengerti apa yang aku butuhkan. Ya, aku butuh manusia sempurna untuk membimbingku.

Sudah aku buktikan bahwa kemegahan duniawi bukanlah jaminan untuk langgengnya kebahagiaan.

Sudah kusaksikan kotor keruhnya suasana udara jika dalam otak manusia terdapat kesalahan posisi dalam meletakkan uang.

Dancuk. Inilah kata sacral dan suci di tengah kondisi yang kotor.

Aku ingin kehadiran manusia sempurna dalam kehidupanku, kehidupan sehari-hariku. Manusia sempurna adalah manusia yang selalu terhubung dengan Penguasa Jagad. Itulah yang aku butuhkan sebenarnya.

Selama ini, orang-orang menggiringku untuk mencintai harta dan silau terhadap jabatan-jabatan. Dancuk. Inilah kata suci yang wajib kuucapkan dalam kondisi yang terlalu keruh.

Orang-orang itu datang menyerbuku. Dengan lagak sok memberitahuku tentang kebutuhanku dan cara memenuhi kebutuhan itu. Padahal yang mereka lakukan sebenarnya hanyalah menjauhkanku dari apa yang sesungguhnya aku butuhkan.

Kalian menciptakan idola-idola palsu dalam imajinasiku. Nanti begitu aku mati, idola-idola itupun lenyap tanpa jejak apapun selain kesia-siaan.

Ini peradaban busuk. Apanya yang terutama busuk? Yaitu tata letak nilai.

Sudahlah aku mau pergi dari sini.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar