Bagiku, mobil yang harganya milyaran tidak bisa
menggantikan kehadiran seorang sosok bijaksana.
Rumah megah tak bisa menggantikan kehadiran manusia
sempurna.
Kebesaran yang ditunjukkan oleh para politisi, tidak
berarti apa-apa dibandingkan aku bertemu dengan sang manusia sempurna.
Semakin dekat aku dengan kematian, aku semakin mengerti apa
yang aku butuhkan. Ya, aku butuh manusia sempurna untuk membimbingku.
Sudah aku buktikan bahwa kemegahan duniawi bukanlah jaminan
untuk langgengnya kebahagiaan.
Sudah kusaksikan kotor keruhnya suasana udara jika dalam
otak manusia terdapat kesalahan posisi dalam meletakkan uang.
Dancuk. Inilah
kata sacral dan suci di tengah kondisi yang kotor.
Aku ingin kehadiran manusia sempurna dalam kehidupanku,
kehidupan sehari-hariku. Manusia sempurna adalah manusia yang selalu terhubung
dengan Penguasa Jagad. Itulah yang aku butuhkan sebenarnya.
Selama ini, orang-orang menggiringku untuk mencintai harta
dan silau terhadap jabatan-jabatan. Dancuk.
Inilah kata suci yang wajib kuucapkan dalam kondisi yang terlalu keruh.
Orang-orang itu datang menyerbuku. Dengan lagak sok
memberitahuku tentang kebutuhanku dan cara memenuhi kebutuhan itu. Padahal yang
mereka lakukan sebenarnya hanyalah menjauhkanku dari apa yang sesungguhnya aku
butuhkan.
Kalian menciptakan idola-idola palsu dalam imajinasiku. Nanti
begitu aku mati, idola-idola itupun lenyap tanpa jejak apapun selain
kesia-siaan.
Ini peradaban busuk. Apanya yang terutama busuk? Yaitu tata
letak nilai.
Sudahlah aku mau pergi dari sini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar