Satu satunya yang
kumiliki saat ini adalah kepercayaan bahwa tuhan itu ada dan bermaksud baik
atas kehidupanku. Aku tak punya apa-apa lagi selain itu.
Orang tuaku
berkecukupan, tapi aku tidak merasa bahwa aku sedang menjadi bagian dari
mereka. Sejak kecil, aku merasa yatim secara psikologis, bimbingan spiritual
tidak kudapatkan dari mereka. Sehingga terpaksa aku harus memungut hikmah
kesana kemari, mencari guru yang sekaligus bisa menjadi teman, siang malam
tanpa henti, hanya demi sebuah pemaknaan atas kehidupanku di usia dini yang rasanya
tanpa arti. Lelah.
Teman juga banyak,
namun terasa hanya lewat begitu saja. Tidak ada yang begitu berarti dalam
hidupku.
Keluarga besar juga
punya, namun aku merasa semua itu hanyalah kerumunan yang mengganggu ketenangan
pikiranku. Tidak cukup memberi arti dalam perjuanganku sebagai manusia. Bahkan keluargaku
dari mbah juga keturunan orang-orang pesantren, namun itu semua tak berefek
bagiku.
Apa-apa yang pernah
kujumpai, semua hanya selintas begitu saja. Tak ada yang berarti lebih dan
menjadi ikatan kuat untuk menjadi khalifah fil ardh. Artinya, aku merasa
sendiri di tengah keramaian dunia ini. Dari dulu hingga saat ini.
Yang hingga saat ini
aku miliki hanyalah keyakinan bahwa tuhan itu ada dan Dia punya maksud baik
atas penciptaanku. Tapi itupun masih sebatas keyakinan. Karna aku tak punya
bukti lain untuk mengatakan bahwa kehidupanku punya arti, sehingga yang bisa kuyakini
hanya: Tuhan memang punya maksud baik.
Jika bukan karna itu,
sudah lama aku mengakhiri hidupku. Toh
dilanjutkan juga sia-sia. Karna kehidupan yang tanpa arti jauh lebih mengerikan
daripada kematian.
Pernah aku mengalami
kondisi hampir mati di waktu kecil dulu, tapi ternyata hidupku diperpanjang. Padahal
semua yang kusaksikan di dunia ini hanya terasa seperti numpang lewat, tak
berarti apapun.
Entah apa yang
terjadi nanti bila aku sudah merasa benar-benar tak mendapatkan makna dari
semua perjalanan ini.
Orang-orang di luar
banyak mengeluh karna merasa difitnah, dalam hati aku bertanya: berapa tahun
kalian mengalami itu? Aku sudah 20 tahun mengalami itu. Itu tertahan dalam
setiap pembicaraan, bahkan saat tertawa pun aku memendam semua yang ditimpakan
padaku itu.
Aku ingin jujur pada
diri sendiri bahwa aku memang mengalaminya. Kalian pikir aku bahagia karna
harta dan keluarga besar, tidak. Yang lebih kubutuhkan adalah sentuhan hati dari
orang yang bisa menemani perjalananku, yang bisa menguatkanku. Sayang, Tuhan
tak bisa dilihat dan diajak berbicara. Padahal hanya Dia satu-satunya yang
kuyakini bisa memberi semua itu.
Sudah 20 tahun,
bahkan lebih mungkin, hatiku merintih kesakitan karna merasa terasing di dunia.
Kebahagiaan hanya selingan.
Ya Allah, jika kau
ciptakan aku sebagai ikan, tolong pertemukanlah aku dengan air.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar