Rabu, 18 Desember 2013

Keterasingan



Satu satunya yang kumiliki saat ini adalah kepercayaan bahwa tuhan itu ada dan bermaksud baik atas kehidupanku. Aku tak punya apa-apa lagi selain itu.

Orang tuaku berkecukupan, tapi aku tidak merasa bahwa aku sedang menjadi bagian dari mereka. Sejak kecil, aku merasa yatim secara psikologis, bimbingan spiritual tidak kudapatkan dari mereka. Sehingga terpaksa aku harus memungut hikmah kesana kemari, mencari guru yang sekaligus bisa menjadi teman, siang malam tanpa henti, hanya demi sebuah pemaknaan atas kehidupanku di usia dini yang rasanya tanpa arti. Lelah.

Teman juga banyak, namun terasa hanya lewat begitu saja. Tidak ada yang begitu berarti dalam hidupku.

Keluarga besar juga punya, namun aku merasa semua itu hanyalah kerumunan yang mengganggu ketenangan pikiranku. Tidak cukup memberi arti dalam perjuanganku sebagai manusia. Bahkan keluargaku dari mbah juga keturunan orang-orang pesantren, namun itu semua tak berefek bagiku.

Apa-apa yang pernah kujumpai, semua hanya selintas begitu saja. Tak ada yang berarti lebih dan menjadi ikatan kuat untuk menjadi khalifah fil ardh. Artinya, aku merasa sendiri di tengah keramaian dunia ini. Dari dulu hingga saat ini.

Yang hingga saat ini aku miliki hanyalah keyakinan bahwa tuhan itu ada dan Dia punya maksud baik atas penciptaanku. Tapi itupun masih sebatas keyakinan. Karna aku tak punya bukti lain untuk mengatakan bahwa kehidupanku punya arti, sehingga yang bisa kuyakini hanya: Tuhan memang punya maksud baik.

Jika bukan karna itu, sudah lama aku mengakhiri hidupku. Toh dilanjutkan juga sia-sia. Karna kehidupan yang tanpa arti jauh lebih mengerikan daripada kematian.

Pernah aku mengalami kondisi hampir mati di waktu kecil dulu, tapi ternyata hidupku diperpanjang. Padahal semua yang kusaksikan di dunia ini hanya terasa seperti numpang lewat, tak berarti apapun.

Entah apa yang terjadi nanti bila aku sudah merasa benar-benar tak mendapatkan makna dari semua perjalanan ini.

Orang-orang di luar banyak mengeluh karna merasa difitnah, dalam hati aku bertanya: berapa tahun kalian mengalami itu? Aku sudah 20 tahun mengalami itu. Itu tertahan dalam setiap pembicaraan, bahkan saat tertawa pun aku memendam semua yang ditimpakan padaku itu.

Aku ingin jujur pada diri sendiri bahwa aku memang mengalaminya. Kalian pikir aku bahagia karna harta dan keluarga besar, tidak. Yang lebih kubutuhkan adalah sentuhan hati dari orang yang bisa menemani perjalananku, yang bisa menguatkanku. Sayang, Tuhan tak bisa dilihat dan diajak berbicara. Padahal hanya Dia satu-satunya yang kuyakini bisa memberi semua itu.

Sudah 20 tahun, bahkan lebih mungkin, hatiku merintih kesakitan karna merasa terasing di dunia. Kebahagiaan hanya selingan.

Ya Allah, jika kau ciptakan aku sebagai ikan, tolong pertemukanlah aku dengan air.






Tidak ada komentar:

Posting Komentar